Indonesia pertama kali merayakan Hari Kemerdekaan di ibukota baru bernilai miliaran dolar, yang berujung pada penurunan rencana secara memalukan bagi pemerintah setelah mereka terpaksa mengurangi rencana dan menarik undangan untuk tamu kehormatan asing.
Negara ini awalnya akan mengadakan upacara besar pada hari Sabtu di Nusantara, ibukota baru yang sedang dibangun di hutan Kalimantan dengan perkiraan biaya $30 miliar, dengan ribuan pejabat hadir.
Namun proyek ambisius tersebut — sebuah warisan besar bagi Presiden Joko Widodo yang akan segera mengakhiri masa jabatannya — telah menghadapi berbagai keterlambatan, memaksa pemerintah untuk mengurangi daftar tamu dari 8.000 menjadi 1.300 hanya beberapa hari sebelum perayaan pada 17 Agustus.
Upacara yang berkurang ini menyoroti hambatan proyek tersebut di bulan-bulan terakhir kepemimpinan Widodo, dan menimbulkan keraguan baru mengenai nasibnya saat ia bersiap untuk menyerahkan kepemimpinan ekonomi terbesar di Asia Tenggara kepada penggantinya, Prabowo Subianto, pada bulan Oktober.
Pembangunan Nusantara telah dilanda oleh keterlambatan konstruksi, masalah akuisisi lahan, dan ketiadaan investor asing yang sebelumnya banyak dibicarakan. Kekhawatiran semakin mendalam setelah pengunduran diri yang tak terduga dari manajemen puncak proyek pada bulan Juni.
Widodo — yang populer dikenal sebagai Jokowi — mengatakan bahwa daftar tamu harus dikurangi karena Nusantara belum memiliki fasilitas yang memadai. “Akomodasi belum cukup, begitu juga dengan makanan, karena ekosistemnya belum terbentuk di sini,” kata presiden minggu ini pada upacara peletakan batu pertama untuk pusat konvensi di ibukota baru tersebut.
Dengan hambatan-hambatan tersebut, proyek ibukota baru ini menghadapi tantangan besar dalam mewujudkan visinya, sementara masa depan proyek ini akan sangat bergantung pada upaya pemerintah berikutnya untuk mengatasi berbagai masalah yang ada.